Sore itu, sebelum masuk ke hotel saya sudah buat janji dengan sahabat saya, bahwa setelah makan malam nanti kita akan keluar menikmati dinginnya malam sambil berjalan di sepanjang Champs Elysees yang terkenal sebagai “La plus elle avenue du monde” atau jalan terindah di dunia (lengkapnya ada di sini), mulai dari The Arc de Triomphe sampai ke Paris Eye yang hanya berupa garis lurus.
Jam telah menunjukkan pukul setengah 8 malam, tapi yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang juga. Karena sudah tidak sabar, saya telepon ke kamarnya, jawabnya “Maaf Ded, saya capek, ngantukkkk …..”
Gubrak…..!!! “
“Bilang kek dari tadi, saya kan buang waktu buat nungguin“, saya berkata dalam hati.
Akhirnya, saya putuskan jalan sendiri saja….
Karena udara di luar cukup dingin, saya terpaksa menggunakan pakaian tebal dengan segala macam atributnya sarung tangan, topi kupluk, syal, dll.
Eeeehhh.. diperjalanan saya berpapasan dengan seorang pria (saya rasa keturunan Arab), orang itu hanya mengenakan celana panjang, bahkan beberapa kancing bajunya sengaja dibuka, sehingga dadanya kelihatan.
Hebat…!!! padahal yang lain juga seperti saya, memakai pakaian tebal, topi kupluk, sarung tangan, syal dll.
***
Karena saat itu adalah malam panjang, pedestrian di Champs Elysees menjadi jauh lebih ramai dari yang biasa.
Keluar hotel, saya langsung belok kiri ke arah Paris Eye, hanya sekitar 100m ketemu dengan becak atau taksi velo alias sepeda taksi yang unik.
Kenapa saya katakan unik……
Karena pengendaranya ada di depan, posisinya sedikit mendongak ke atas, dan becaknya dihiasi lampu warna-warni sehingga kelihatan indah dan meriah.
Ketika melewati penjual Marron Chauds, saya pikir di udara dingin begini, pasti seru nih makan yang hangat-hangat seperti ini.
Ikutan antri aaaahhhh….!!!
Saya teringat sewaktu kecil, suka dengan rebusan biji durian, biji nangka, biji timbul atau kalawi (Bahasa Minang). Kadang-kadang juga bisa dibakar
Di sekitar tempat ini sedang ada “pasar malam” yang diisi oleh pedagang kaki lima di pinggir jalan, tapi tempatnya tertata rapi dengan lampu-lampu yang indah, sehingga sebuah kesenangan tersendiri bisa masuk dan lihat-lihat di sini.
Saya sempat membeli sarung tangan (harganya €10), karena sarung tangan yang saya punya salah satunya (bagian kanan) hilang di toko souvenir siang tadi.
“Pasar Malam” dan Para Pedagang Kaki Lima (sebelah kiri)
Berikutnya, saya melanjutkan perjalanan ke sebuah taman yang dihiasi lampu-lampu cantik. Banyak orang berfoto di sini, mengabadikan moment indah ini, tapi saya hanya bisa manyun meskipun bawa kamera, tidak ada yang bantuin, saya tidak bisa selfie karena tidak punya tongsis alias tongkat narsis, he3….. :)
Akibat gak ada teman, saya batal ke Paris Eye, malas jalan sendiri, kejauhan (1 – 2km lagi), apalagi siangnya saya sudah ke sana. Saya memutuskan untuk balik kanan, saya mau ke The Arc de Triomphe saja.
Paris Eye (latar belakang atau paling ujung)
Agar bisa menaiki The Arc de Triomphe, kita harus menyeberang jalan, masuk ke lorong bawah tanah, beli karcis, kemudian menaiki tangga untuk mencapai puncaknya.
Di sini kita bisa melihat Eiffel dari jauh bermandikan cahaya lampu.
Sekali lagi, menyesal saya tidak bisa selfie di sini, karena ga ada yang bantuin foto. Padahal ada suatu tempat (titik tertinggi) yang dirsediakan untuk tempat berfoto dengan latar belakang Eiffel :(
Tempat berfoto di puncak The Arc de Triomphe
Champs Elysees dari puncak The Arc de Triomphe dengan Latar Belakang Paris Eye
The Arc de Triomphe
***
Karena sudah hampir jam 11 malam, dan saya juga sudah kelelahan karena naik turun 280 tangga di The Arc de Trompie, saya berniat untuk kembali ke hotel.
Di perjalanan pulang ke hotel yang hanya berjarak ±300 m dari The Arc de Triomphe, saya menyaksikan (untuk yang kedua kalinya) anak-anak muda (umumnya berkulit gelap, mungkin para imigran) sedang atraksi mendemonstrasikan keahlian gerakan-gerakannya, diiringi musik yang menghentak dari peralatan audio yang mereka bawa.
Saya rasa pk 11 malam adalah batas waktu mereka harus mengakhiri kegiatannya dan penonton memberikan coin dengan senang hati sebagai tanda terima kasih karena dapat hiburan gratis.
Merekapun bubar, penontonpun bubar……
Toko-toko di sepanjang Champs Elysees juga sudah mulai tutup.
Dalam beberapa menit sayapun sampai di hotel, sambil selonjor dan meluruskan kaki, lumayan pegal ketika menaiki tangga The Arc de Triomphe barusan.
PS : Champs Elysees adalah salah satu kawasan yang disarankan oleh Kedutaan Besar RI di Perancis, untuk dihindari sementara ini oleh WNI, akibat Peristiwa Penembakan di Kantor Majalah Charlie Hebdo baru-baru ini.