Quantcast
Channel: UD3d Rajo Bagindo

AIR TERJUN LEMBAH ANAI

0
0

IMG_3813

Air Terjun Lembah Anai terletak di pinggir jalan raya antara Kota Padang dengan Bukittinggi dan antara dua kabupaten yaitu Kabupaten Padang Pariaman dengan  Kabupaten Tanah Datar, di Propinsi Sumatera Barat.

Perjalanan dari Padang menuju  air terjun melewati jalan yang berliku-liku dengan pemandangan yang indah, pohon dan hutan yang menghijau, bukit dan lembah yang dalam.

Air terjun Lembah Anai termasuk dalam  kawasan hutan lindung dan Cagar Alam Lembah Anai, merupakan bagian dari Sungai Batang Lurah Dalam, dan sumber airnya berasal dari Gunung Singgalang.

Air terjun di Sumatera Barat dikenal dengan sebutan  Aia Tajun atau Aia Mancua

Di seberang jalan raya terdapat jembatan kereta api yang panjangnya mencapai 50m, peninggalan kolonial belanda, uniknya rel ini mempunyai bagain  tengah yang berfungsi membantu untuk “menarik” kereta menaiki tanjakan.

Duduk-duduk di bongkahan batu besar di lokasi air terjun sambil merendam ke dua kaki ke air yang dingin dan sejuk, atau mandi “cebar-cebur” adalah beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di sini, ditemani oleh kawanan monyet lucu yang hidup bebas di sekitar air terjun.

Banyak kekayaan flora dan fauna langka yang menjadi daya tarik kawasan cagar alam ini, diantaranya adalah bunga bangkai yang tumbuh subur di tengah hutan, atau siamang, kera ekor panjang, beruk, aneka burung, rusa, trenggiling,  kancil, tapir, dan biawak serta Harimau Sumatera salah satu jenis hewan langka yang hampir punah.

Beberapa tahun yang lalu di sekitar air terjun hanya ada ibu-ibu penjual buah sawo yang besar-besar manis dan ranum, lamang baluo, telur asin dan pisang rebus. Sekarang tersedia warung-warung yang cukup  tertata, menjual aneka ragam oleh-oleh khas Sumatera Barat, yaitu galamai, karupuak sanjai, kue angka delapan, beras randang dll, ditambah dengan penjual batu akik, penjualnya bilang berjenis cimpago.

Juga tersedia tempat parkir yang lumayan luas, kamar mandi dan toilet sederhana untuk bilas buat mereka yang mandi di air terjun.



MINUM GURAKA DI PANTAI SWERING, TERNATE

0
0

IMG_3631

Air Guraka adalah minuman khas Ternate dengan bahan dasar jahe merah, gula merah, irisan buah kenari, susu kental manis serta kopi/ coklat.

Guraka mirip dengan Saraba di Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara atau Maluku, dan mirip dengan Bandrek di Jawa Barat atau daerah lain di Indonesia.

Minuman Guraka di Pantai Swering biasanya disajikan bersama-sama dengan Pisang Goreng, di Ternate namanya Pisang Mulu Bebek atau Mulut Bebek, lebih tepatnya (mirip) kripik pisang yang dicocol dengan sambel terasi atau dabu-dabu, ditemani kacang tanah goreng, dan teri goreng.

Karena pisang goreng dicocol dengan sambel, jadi rasa gurih pisang berpadu dengan rasa pedas…!!!

Pisang Mulut Bebek banyak ditemukan di Jailolo, Halmahera Barat, mempunyai bentuk panjang dengan ujung yang mengerucut.  “Mirip mulut bebek,” kata Pedagangnya.

Di daerah inilah (Ternate) saya pertama kali makan Pisang Goreng dicocol sambel terasi, sekitar 8  tahun yang lalu hingga ketagihan sampai sekarang.

Sejak sore hari kawasan Pantai Swering, yang merupakan Program Reklamasi Pantai Pemerintah Daerah Maluku Utara, berada di Kelurahan Muhajirin, Kecamatan Kota Ternate Tengah, Maluku Utara ini sudah mulai dipenuhi oleh pedagang makanan/ minuman sampai larut malam.

Di sini, bukan saja Pedagang Guraka yang berjualan di sepanjang pantai, tapi juga Pedagang makanan lain seperti jagung bakar, ikan bakar, ayam goreng, dll. Sepertinya kawasan ini sudah berkembang menjadi salah satu pusat kuliner di sore dan malam hari khususnya bagi masyarakat Ternate.

Pesanan kami bertiga di sore itu adalah :

  • 2 gelas Guraka Susu
  • 1 gelas Guraka Kopi
  • 1 porsi Pisang Mulut Bebek
  • 1 porsi kecil Teri Goreng
  • 1 porsi kecil Kacang Tanah Goreng
  • 1 porsi kecil Sambel Terasi

Untuk makanan di atas kami membayar Rp120.000,- karena segelas Guraka harganya Rp20.000. Tapi menurut teman saya harga tsb termasuk mahal, mungkin karena pedagang menganggap kami adalah wisatawan, jadi harganya di-mark-up.

Teman saya yang sudah 5 tahun tinggal di Ternate ini ngomel-ngomel kepada Pedagang tsb : “Harusnya kamu tidak naikin harga sesukamu, apa kamu  kira saya orang baru di sini. Lain kali jangan begitu ya ..!!!” katanya lagi.

Meskipun demikian, teman saya tetap membayar harga yang disebutkan tadi.


TENTANG PULAU MAITARA DAN TIDORE

0
0

IMG_3765

Dari bagian belakang Restoran Floridas di Jl. Raya Laguna, Ngade, Ternate, Maluku Utara (menghadap ke laut), dari atas terlihat pemandangan Pulau Maitara dan Pulau Tidore.

Pulau Maitara berada antara pulau Tidore dan pulau Ternate, pulau-pulau ini begitu eksotis dan elok, keindahannya luar biasa, penuh dengan tanaman-tanaman yang menghijau, tidak heran kalau pemandangan ini diabadikan pada uang kertas pecahan seribu rupiah.

Lihatlah, di bagian depan uang tersebut terdapat gambar Pahlawan Nasional kelahiran Saparua, Maluku yaitu Thomas Matulessy yang lebih dikenal dengan Pattimura beserta pedang terhunus di dada, di balik uang tsb tampak dua gunung dengan birunya air laut dan sebuah perahu nelayan.

Itulah Pulau Maitara dan Pulau Tidore

Menurut informasi masyarakat sekitar, untuk melihat pemandangan yang persis dengan gambar di uang seribu tersebut, datanglah ke daerah Gambesi yang berada di bagian Selatan Pulau Ternate.

Karena tertarik dengan keindahan kedua pulau tsb, saya bercita-cita ingin mengunjunginya. Kami langsung meluncur ke Pelabuhan Penyeberangan Bastiong yang tidak begitu jauh dari Restoran Floridas.

Suasana pelabuhan terlihat ramai, berbaurnya pedagang denga lalu lalang penumpang yang akan berangkat/ tiba dari pulau-pulau sekitarnya, calo ferry maupun speedboat yang berkeliaran menawarkan tumpangan, speedboat, kapal-kapal kecil yang tertambat di dermaga, bahkan ferry yang siap membawa penumpang ke Pulau Halmahera.

Kami menyewa speedboat ke Pelabuhan Rum, di Pulau Tidore, PP seharga Rp 200ribu dengan waktu tempuh sekitar 2×15 menit.

Speedboat bermesin Yamaha 2×40 PK ini melaju dengan kencang, membuat kami terguncang-guncang dengan keras, melambung seakan-akan terbang dan menghentak-hentak ketika melewati ombak yang datang.

Kami sampai di Pelabuhan Rum, Tidore sekitar pukul 16.30 disaat matahari secara  perlahan mulai mendekati kaki langit. Suasana dermaga pelabuhan Rum tidak seramai Pelabuhan Penyeberangan Bastiong.

Tidak banyak yang bisa kami lakukan di Pulau Tidore selain memotret, kami hanya istirahat sebentar, melihat air laut yang jernih, sambil memandang ke arah Pulau Ternate dengan latar belakang Gunung Gamalama yang masih tertutup rimba hijau.

Setelah puas mengintip Pulau Tidore dari luar Pelabuhan Rum, kami kembali ke Ternate naik speeboat yang sama….

Terguncang-guncang lagi…!!!

Terbang lagi …!!!!

Terhentak-hentak lagi … !!!

Pengemudi speedboat berusaha mengatasi ombak yang semakin besar…!!!

***

Yaaahhhh…. ternyata, kami hanya bisa ke Pulau Tidore, tidak sempat mampir ke Pulau Maitara maupun ke daerah Gambesi.


RUMAH MAKAN “TANPA NAMA” DI MEDAN

0
0
20150324_133714

Tukang Parkir di Jalan Kejaksaan Medan (depan Rumah Makan “Tanpa Nama”)

Di Jalan Kejaksaan, Medan, Sumatera Utara, ada sebuah rumah makan “Tanpa Nama” alias tidak punya nama, dengan menu favorit yang sangat sederhana yaitu ikan goreng.

Disamping menunya yang sederhana, rumah makannyapun sederhana, berdinding kayu, bangku panjang dan meja panjang juga dari kayu, udara panas dan gerah karena tidak ada penyejuk ruangan (AC), terletak di pinggir jalan yang ramai dan macet, akibatnya susah menemukan tempat parkir, tapi ramai sekali pengunjungnya, apalagi jika bertepatan dengan waktu makan siang tiba, antara pukul 11 s/d 14 WIB.

Bahkan sampai ada yang rela antri…!!!, belum lagi yang “take-away” atau bungkus dan bawa pulang….!!!

Saya lihat yang makan di sini sebagian besar adalah kaum adam, berbagai profesi seperti pegawai negeri maupun karyawan swasta dll, saat kami makan hanya terlihat dua orang perempuan yang makan bersama-sama dengan kami.

Meskipun suasananya tidak begitu nyaman, pengunjung tetap sabar menunggu giliran masing-masing

***

Karena kami datang agak telat (pukul 2 siang), hanya kebagian bangku dan meja di teras (depan) rumah makan, karena di bagian dalam sudah penuh dan tidak ada tempat lagi.

Karena letaknya berdekatan dengan jalan raya, jadi hawa panasnya langsung memantul dari aspal yang diterpa cahaya matahari.

Ini Medan bung…!!!, udara panas biasa.

Menu yang dipajang di bagian depan rumah makan, memang tidak terdapat menu ayam atau daging, hanya ikan goreng, seperti Bawal Goreng, Kakap Goreng, atau Lele Goreng ukurannya besar-besar, dan kita bisa memilih bagian ekor (yang favorit di sini) atau bagian kepalanya.

***

Setelah menunggu sekitar 15 menit, makanan yang kami pesanpun datang, saya memesan nasi putih dan sepotong bagian ekor Ikan Kakap Goreng.

Ternyata penyajiannyapun sangat sederhana nasi putih panas disiram Sayur atau Gulai Nangka (potong kecil-kecil, santannya tipis/ tidak kental) panas, asinan (timun, bawang, cabe rawit), sepotong bagian ekor Ikan Kakap yang panas (baru keluar dari penggorengan) ditaruh di piring kecil, plus sepiring kecil sambel ijo (banyak minyak).

Ditambah air teh tawar panas, gratis….!!!

Saya rasa, ini adalah salah satu rahasia rumah makan di Jalan Kejaksaan ini, disamping ikannya yang baru dan segar-segar, terus digoreng garing, dihidangkan selagi panas sehingga meskipun garing tetap terasa lembut dan tidak keras. Sensasi rasanya menjadi ruaaarrrr…. biasa, ketika daging ikannya dipotek kemudian dicelupkan ke sambel ijo yang pedas dan berminyak.

#Btw minyak sambel ijonya banyak….!!!#

Dapat dipastikan hampir semua pengunjung dapat bonus “keringatan” – basah karena keringat dan kipas-kipas.

Tapi lucunya saya malah minta tambah nasi dan tambah satu porsi sambel ijo…..bahkan jatah sambel teman saya yang takut cabe juga saya embat…!!!

He3x…. :D

Dari segi harga rumah makan ini juga tidak mahal, saya rasa hal tsb juga yang membuatnya ramai, karena muraaaah….!!! sehingga mampu bersaing dengan restoran-restoran mewah yang terdapat di sepanjang jalan Kejaksaan Medan.

Saya rasa cita rasa masakan rumah makan “tanpa nama” ini  merupakan perpaduan cara masak Jawa dan Padang, karena klo asli masakan Padang pasti santannya kental padahal di sini encer, pendapat saya diperkuat oleh tukang parkir di depan rumah makan, yang mengatakan bahwa pemiliknya berdarah Jawa dan Padang.

Kami makan bertiga :

  • 3 porsi Nasi Putih, sayur nangka, asinan (timun, cabe rawit dan bawang)
  • 2 potongan ekor Ikan Kakap Goreng
  • 1 potongan ekor Ikan Bawal Goreng
  • 4 porsi sambel ijo (tidak dihitung)
  • 3 nasi tambah
  • 3 botol air minuman
  • 1 teh botol dingin
  • 3 gelas teh hangat (tidak dihitung)

Hanya 106 ribu rupiah saja…!!!


SALESMAN TV KABEL

0
0

Suatu ketika, saya ditelepon dari nomor yang tidak saya kenal, bahkan berkali-kali, karena bosan akhirnya telepon tsb saya angkat juga.

Ternyata salesman sebuah TV kabel berlangganan yang mengatakan bahwa :

Bapak adalah pelanggan TV kami, sekarang ada program Ajak-ajak Pak. Dengan program ini Bapak berkesempatan mendapatkan gratis iuran bulanan selamanya alias seumur hidup. Bapak cukup memberikan referensi nomor telepon kenalan Bapak yang ingin berlangganan dan Bapak akan langsung mendapatkan reward berupa 1 bulan iuran bulanan gratis.

***

Satu bulan kemudian tetangga saya punya keinginan untuk berlangganan TV tsb dan menanyakan apakah saya punya kenalan Petugasnya?

Sudah pasti saya jawab ada dan saya langsung SMS nomor yang dulu pernah menghubungi saya…..

Saya tunggu lima menit tidak ada balasan, baik SMS maupun telepon, setengah jam juga tidak dibalas, sementara teman saya sudah menanyakan lagi bagaimana kelanjutannya?

Satu jam juga masih belum, setelah hampir satu setengah jam saya jadi penasaran.

Saya membatin : “Gimana sih orang ini, kita ga butuh ditelepon-telepon, sekarang ketika kita ingin membantunya malah tidak ada tanggapan….!!!”

Karena penasaran saya akhirnya menghubungi Petugas tersebut :

“Mas, kok SMS saya tidak di balas ? katanya promosi ?

Si Petugas menjawab : “He3… iya Pak, mohon maaf, saya ga ada pulsa. Nanti sampai di kantor saya telepon Bapak…..!!!”

:)


AMPIANG DADIAH DI PASA ATEH BUKITTINGGI

0
0

IMG-20150312-WA0000

Dadiah adalah susu kerbau yang telah “membeku”, bentuknya seperti agar-agar berwarna putih. Bisa dikatakan bahwa dadiah adalah yoghurt tradisional Minangkabau.

Dadiah dan yoghurt sama-sama merupakan hasil fermentasi susu, bedanya dadiah dari susu kerbau murni sedangkan yoghurt dari susu sapi. Bentuknya juga beda Dadiah berbentuk padat, sedangkan yoghurt berbentuk cair.

Pengolahan dadiah masih dilakukan secara manual atau tradisional menggunakan wadah dari bambu yang ditutup dengan daun pisang atau plastik, proses fermentasi dadiah memerlukan waktu antara 1 s/d 2 hari, sedangkan pengolahan yoghurt sudah menggunakan teknologi modern dengan wadah yang bermacam-macam serta sudah diproses secara massal/ pabrikasi.

Dadiah hanya terdiri dari satu rasa yaitu asam kecut dengan aroma “susu basi”, sedangkan yoghurt sudah dipadukan dengan rasa leci, anggur, kedelai, vanila, coklat dll.

Pengolahan dadiah masih berbentuk home industry banyak terdapat di Sungai Tarab, Sungai Pua, dan daerah Canduang Sumatera Barat.

***

Ampiang atau emping adalah beras ketan merah yang ditumbuk sampai pipih.

Jadi Ampiang Dadiah adalah perpaduan antara emping dengan dadiah.

Rumah makan yang menjual Ampiang Dadiah yang pernah saya jumpai adalah  Palanta Soto H. Minah Lestari, di Pasa Ateh (Pasar Atas), tidak jauh dari Jam Gadang, Bukittinggi. Disamping menyediakan ampiang dadiah warung sederhana ini menjadikan soto sebagai menu utamanya.

Cara penyajiannya Ampiang Dadiah adalah :

Satu porsi ampiang dadiah yang berisi setengah tabung bambu dadiah dimasukan ke dalam mangkok, ditaburkan ampiang dan parutan kelapa, terus disiram cairan gula merah/ enau/ aren, bisa juga ditambah es serut, harganya Rp 15.000.

Satu bambu dadiah (panjanga antara 15 s/d 20 cm) dijual dengan harga Rp 12.000.

Di Restoran Simpang Raya, Padang juga tersedia dadiah dengan irisan cabe dan bawang, dadiah dapat juga dijadikan sebagai pengganti lauk sebagai teman makan nasi, bahkan dadiah juga bisa dimakan begitu saja alias tanpa campuran apa-apa.

Dadiah mengingatkan saya kepada almarhum Bapak (Papa) yang dulu rajin membawakan dadiah ke rumah, karena beliau sendiri juga doyan. Kegemaran beliau menurun kepada saya, namun kala itu makan dadiah hanya ditaburi gula pasir atau serutan gula merah/ enau/ aren.

Meskipun Ampiang Dadiah hanya merupakanan penganan tradisional dengan tampilan sederhana, namun kaya gizi dan cita rasa, diyakini berkhasiat menunjang kesehatan, menurunkan kadar kolesterol dalam darah, membantu cara kerja jantung, serta untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.


SAHABAT KECILKU

0
0

Screenshot_2015-05-04-21-55-25-1-1Akhirnya ketemu juga dengan sahabat kecil saya Charles dan makan siang di I-ta Suki Restaurant di FX Sudirman.

Charles adalah anak pertama dari sahabat saya (alm) Victor Marpaung yang menetap di Canberra, Australia. Pria Batak yang besar di Pakanbaru, Riau, yang menguasai Bahasa Batak dan Bahasa Minang ini telah kembali ke pangkuan-Nya 16 Agustus 2011 lalu, meninggalkan seorang isteri dan dua orang anak laki-laki (sekarang Charles 9 tahun dan Andrew 6 tahun).

Saya memanggil Bang Victor dengan Abang, sedang Bang Victor biasa memanggil saya dengan Uda.

Saya dan Bang Victor ketemu di Canberra antara bulan Oktober dan November 2010 yang lalu, kami sering kali melakukan perjalanan bersama-samar, beliau biasanya mengajak Charles (waktu itu masih 5 tahun) ke tempat-tempat wisata di daerah Pantai Selatan New South Wales, Australia, seperti Eden, Comma, Tathra dll.

Sebelum menetap di Canberra Bang Victor pernah tinggal dan malang-melintang di daerah yang saya sebutkan di atas, dalam waktu yang cukup lama (merantau ke Australia sekitar tahun 70-an), bahkan di Tathra Bang Victor ketemu dengan sahabat lamanya sehingga kami sempat ngobrol-ngobrol lama, membiarkan Bang Victor mengingat kembali masa lalunya.

Pernah suatu senja (sekitar pukul 6.30) kami berada di Mount Ainslie, Canberra, bersama Bang Victor dan keluarga,  mobilnya mogok dan mengeluarkan asap karena air radiatornya kering. Namun akhirnya kami masih sempat melihat seluruh kota Canberra dari  ketinggian, mulai dari New Parliement House, maupun Old Parliement House, World Memorial, Canberra City, dan Canberra International Airport.

***

Karena Bang Victor sudah meninggalkan kita semua, sekarang saya menganggap Charles sebagai sahabat kecil saya, Charles sudah lancar ber-Bahasa Indonesia, berkat pengalamannya beberapa bulan tinggal dengan Opungnya di Medan (ketika itu) membuahkan hasil, malahan sekarang Charles sedang belajar Bahasa Jepang serta Mandarin.

***

Oya, sudah hampir 2 minggu Charles dan Maminya berada di Jakarta, kami kesulitan mecocokkan hari pertemuan karena punya kesibukan sendiri-sendiri. Charles dan Maminya setiap hari punya agenda yang padat, ketemu sama keluarga, teman-teman (teman satu kos dan satu kampus) Maminya, dll.

Sampai dengan 11 Mei, Charles berada di Pematang Siantar, Sumatera Utara, kemudian satu hari di Jakarta, sampai 16 Mei berada di Bali, kembali Jakarta untuk mengikuti acara Reunian SMP Maminya, malamnya langsung terbang ke Sydney, lanjut ke Canberra.

Di Canberra, sambil bekerja, Maminya Charles kuliah (lagi) di Jurusan Akuntansi, karena merasa bahwa jurusan S1-nya di Indonesia tidak cocok dengan pekerjaannya sekarang.

Hari itu Charles baru saja membeli seekor Ikan Mas Koki yang dimasukkan ke dalam kantong plastik, kata Charles “Harganya Rp 5.000”. Charles senang sekali dengan ikannya. Padahal ketika sebelumnya saya ajak mancing di kolam pemancingan ga mau….he3x (namanya juga anak kecil).

Charles sangat suka dengan bakso ikan dan dimsum udang atau “Prawn Dumpling,” katanya, tapi kurang menyukai sayur atau jamur, kalau cabe tidak suka sama sekali, bahkan minuman mangga yang dia pesan sendiri tidak jadi diminum karena rasanya “asam dan kecut,” tambahnya lagi, kemudian Charles memesan Lychee Tea.

Hari itu kami ketemu sampai jam setengah 6 sore, kemudian Charles dan maminya lanjut ketemuan lagi di Pusat Pertokoan Sarinah dengan Nino (teman sekolah Charles di Australia) yang sudah pindah ke Jakarta.

Makan Bakmi Gajah Mada (GM) adalah sesuatu yang sangat menyenangkan buat mereka berdua : “Akhirnya rinduku dan rindu Charles terobati juga”, kata Maminya.

Oke, Charles. See you next time……. :)


WAWANCARA

0
0

20150510_114258Beberapa waktu yang lalu saya memenuhi permintaan dari 6 orang Siswa/i salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Jakarta.

Saya diminta menjadi narasumber untuk diwawancara dan menjawab 10 pertanyaan yang diajukan mereka (agar tidak salah kutip saya juga buatkan jawaban tertulis yang saya kirim lewat email). Kegiatan ini adalah dalam rangka melaksanakan tugas sekolah mereka.

Pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan adalah sebagai berikut :

  1. Seperti apa gambaran keberagaman di Indonesia ? dan apakah korelasinya terhadap pluralisme dan kemajemukan masyarakat ?
  2. Bagaimana tanggapan anda, mengenai konflik Maluku yang terjadi antara umat Islam dan Kristen?
  3. Apakah korelasi antara keragaman dan kesetaraan? dan apa pengaruh positif dan negatif dari korelasi tersebut, terhadap kemajemukan di masyarakat ?
  4. Mengapa perbedan ras, etnis, gender dan agama sangat erat hubugannya dengan kemajemukan di masyarakat ?
  5. Seperti apa perubahan pluralisme pada zaman sekarang, dibandingkan pluralisme pada zaman dahulu ? dan seberapa besar perkembangannya ?
  6. Apa yang harus dilakukan Pemerintah mengingat banyak budaya Indonesia direbut bahkan diakui oleh negara lain?
  7. Bagaimana tanggapan anda, melihat modernisasi budaya barat yang berkembang pesat di Indonesia? dan seperti apa dampak yang ditimbulkannya ?
  8. Seperti apa korelasi antara kemajemukan dan dinamika sosial dan budaya ? dan apa pengaruhnya ?
  9. Bagaimana cara menjaga keutuhan Indonesia yang sangat beragam, sehingga rentan untuk terpecah belah?
  10. Hal terpenting apa yang kami harus pahami dan jalankan, sehingga kami generasi muda bisa menerima pluralisme dengan sebenarnya?

Pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, enak untuk dibaca dengan bahasa dan susunan kata-kata yang sangat baik, namun untuk memahami maksudnya saya harus membacanya berulang-ulang.

Ketika saya tanyakan kepada mereka apa maksud pertanyaannya, merekapun kesulitan untuk menjelaskan. Ha3x :D

Saya rasa mereka berusaha membuat pertanyaan dengan susunan bahasa sekeren mungkin, walaupun sebetulnya beberapa dari mereka belum tentu paham dengan apa yang ditanyakannya itu.

Bahkan diantara mereka sendiri ada yang nanya :

  • Apa sih pluralisme itu ?
  • Apa sih keberagaman itu ?
  • Apa sih korelasi itu ?
  • Apa sih kemajemukan itu ?
  • Apa sih kesetaraan itu ?
  • dsb

Dari pertanyaan-pertanyaan mereka tentang hal-hal yang mendasar tersebut, saya semakin yakin, jangan-jangan yang buat pertanyaan itu hanya satu atau dua orang saja diantara mereka, terus yang lain hanya ikutan…..

Mari kita perhatikan, pertanyaan #1 : “Seperti apa gambaran keberagaman di Indonesia ? dan apakah korelasinya terhadap pluralisme dan kemajemukan masyarakat”. Untuk menjawabnya saya harus memberikan gambaran keberagaman di Indonesia, kemudian dihubungkan dengan pluralisme dan kemajemukan dalam masyarakat.

#Mulai puyeng…..##

Terus pertanyaan #2 : “Bagaimana tanggapan anda, mengenai konflik Maluku yang terjadi antara umat Islam dan Kristen?”. Saya merasa jawaban untuk pertanyaan ini tidak begitu sulit, karena saya sudah 2 kali berkunjung ke Maluku dan 2 kali ke Maluku Utara, paling tidak saya sudah melihat langsung kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan masyarakat di daerah tsb. Pernah saya ceritakan di sini

Ada lagi, pertanyaan #3 : “Apakah korelasi antara keragaman dan kesetaraan? Dan apa pengaruh positif dan negative dari korelasi tersebut, terhadap kemajemukan di masyarakat ?”. Dimana saya harus menjelaskan hubungan antara keragaman dan kesetaraan, kemudian menerangkan juga pengaruh positifnya apa dan negatifnya apa. #Ribet kan?#

Pada pertanyaan #5 : Mengapa perbedan ras, etnis, gender dan agama sangat erat hubugannya dengan kemajemukan di masyarakat?”. Pusing kan gimana menjawabnya….. he3

Pertanyaan #6 : “Seperti apa perubahan pluralisme pada zaman sekarang, dibandingkan pluralisme pada zaman dahulu ? dan seberapa besar perkembangannya ?”. Kalau ditanya seberapa besar kan jawabannya hanya 4, yaitu kecil, cukup besar, besar dan sangat besar, kata-kata yang tidak dapat dihitung dan sulit menemukan standardnya apa?

Pertanyaan yang paling tidak saya sukai adalah pertanyaan nomor #7 : Apa yang harus dilakukan Pemerintah mengingat banyak budaya Indonesia direbut bahkan diakui oleh negara lain?”. Kenapa harus menunggu dari Pemerintah, terus peran kita sebagai rakyat apa ?, saya tanyakan peran kalian sebagai pelajar apa ? Jujur saja ada berapa persen sih orang Indonesia yang peduli dengan kebudayaan Indonesia ? Bukankah kita baru tersentak kalau kebudayaan kita itu diakui Negara lain ? padahal selama ini kita tidak peduli.

Satu lagi pertanyan nomor #8 : “Bagaimana tanggapan anda, melihat modernisasi budaya barat yang berkembang pesat di Indonesia? dan seperti apa dampak yang ditimbulkannya”. Kita selalu mengatakan menolak modernisasi budaya barat, tapi lucunya sebagian besar para remaja  justeru mengikuti budaya yang tidak diinginkannya itu. Misalnya maunya belajar tari ballet, tidak mau belajar tari daerah. Maunya makan junk food (fast food) seperti KFC, Mc Donald, Texas, Pizza, Donut, Hamburger, dll, tapi tidak begitu suka makanan daerah seperti gado-gado, mpek-mpek, gudek dll.

Ketika saya tanya mana yang kalian pilih dari kedua jenis makanan itu (fast food atau makanan daerah) ? Semuanya menjawab Fast Food….

Nah, kalian sendiri begitu kan, bagaimana mau mempertahankan budaya kita ?

Dan yang ini lagi : “Seperti apa korelasi antara kemajemukan dan dinamika sosial dan budaya ? dan apa pengaruhnya ?”. Korelasi lagi … korelasi lagi he3…

“Bagaimana cara menjaga keutuhan Indonesia yang sangat beragam, sehingga rentan untuk terpecah belah?”. Jawabannya gampang, jagalah persatuan dan kesatuan, mekipun sebagaian remaja sekarang maunya malah tawuran dan suka mem-bully temannya sendiri.

“Hal terpenting apa yang kami harus pahami dan jalankan, sehingga kami generasi muda bisa menerima pluralisme dengan sebenarnya?”. Dan jawaban saya adalah :

Sebagai generasi muda, kalian harus :

  1. Cinta Tanah Air
  2. Selalu menjaga persatuan dan kesatuan
  3. Menerima segala perbedaan dengan lapang dada
  4. Menerima kekurangan dan kelebihan orang lain
  5. Meletakkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun kelompok
  6. Jangan mengikuti ajakan atau aliran sesat yang berkedok agama
  7. Peduli dengan lingkungan dengan melaporkan hal-hal yang mencurigakan jika sesuatu terjadi di tempat tinggal masing-masing
  8. Jauhi dirimu dari Narkoba dan pergaulan tidak sehat.


TV SATELIT GRATIS SEUMUR HIDUP

0
0
20150517_193901

Brosurnya

Suatu ketika saya masuk ke sebuah toko buku ternama di Jakarta, baru beberapa menit melihat buku-buku di toko tersebut, saya didekati oleh seorang Petugas (perempuan) yang menawarkan TV “Satelit Prabayar”.

Petugas (P) : Jika Bapak menggunakan saluran TV ini, Bapak hanya bayar sekali saja, ketika pemasangan, dan Bapak tidak perlu bayar iyuran lagi seumur hidup…!!!.

Saya (S) : Wah, hebat dong Mbak…!!!

P : Iya Pak, Bapak cukup membayar Rp 600.000 pada saat pemasangan pertama, setelah sebulan kalau Bapak  tidak mau nonton lagi ga usah bayar.

S : Nah lho, mbak katanya ga bayar, kok sebulan berikutnya saya harus bayar. Maksudnya gimana?

P : Begini Pak, di halaman ke dua brosur yang saya berikan ini dapat Bapak pilih paket-paket yang diinginkan. Nah, kalau Bapak tidak mau mengambil salah satu paket tersebut, ya udah ga pa pa, Bapak ga usah bayar, tapi juga Bapak ga bisa nonton.

S : Hahaha…mbak gimana sih, saya disuruh daftar tapi setelah itu kalau ga mau nonton ga pa pa ga usah bayar. Terus ngapain saya daftar di TV ini?

***

Setelah saya buka halaman ke dua brosur yang diberikan si Petugas, terdapat 4 pilihan paket :

  1. Paket Hore Rp 75.000
  2. Paket Seru Rp 100.000
  3. Pket Gempita Rp 200.000
  4. Paket Vaganza Rp 250.000

Jadi ternyata sistem pembayaran TV Satelit Prabayar ini berbeda dengan TV berlangganan yang biasa (yang sudah ada) yaitu dengan cara membeli paket yang bisa kita pilih setiap bulan.

Cara pembayaran paket di TV ini mirip dengan cara pembayaran pada Listrik Pintar atau isi ulang, kalau pulsanya tidak ditambah otomatis listriknya akan padam…!!!. Demikian juga dengan TV Satelit Prabayar ini, kalau paketnya tidak kita beli berarti siarannya tidak bisa ditonton alias di “block”.

Namun cara mempromosikannya terkesan “membohongi”, makanya kalau kita tidak hati-hati bisa termakan “rayuan” si Petugas. Saya tidak tau apakah memang seperti itu strategi perusahaan tersebut atau memang Si Petugas yang salah dalam penyampaian.

O ya, dulu ketika TVRI masih menjadi satu-satunya tontonan masyarakat di Indonesia, ada siaran khusus untuk tayangan iklan yaitu “Mana Suka Siaran Niaga” yang selalu mengingatkan kita agar “Teliti sebelum membeli…!!!”

***

Setelah saya searching, diketahui bahwa TV ini merupakan stasiun televisi satelit berlangganan yang baru diresmikan April 2014 yang lalu dan dioperasikan oleh Kompas Gramedia.


RAJO BAGINDO JILID 2

0
0

Bersama ini saya beritahukan kepada teman-teman yang terhormat, karena beberapa hal postingan terbaru Blog ini akan saya lanjutkan ke Blog saya yang baru yaitu “Rajo Bagindo Jilid 2″ dengan alamat :

http://dedyherdian.wordpress.com

Harap maklum, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Salam

Dedy Herdian






Latest Images

Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.

Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.

HANGAD

HANGAD

MAKAKAALAM

MAKAKAALAM

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Vimeo 10.6.1 by Vimeo.com, Inc.

Vimeo 10.6.1 by Vimeo.com, Inc.

Vimeo 10.6.0 by Vimeo.com, Inc.

Vimeo 10.6.0 by Vimeo.com, Inc.

Re:

Re:

Re:

Re: