Quantcast
Channel: UD3d Rajo Bagindo
Viewing all 423 articles
Browse latest View live

PERMOHONAN IZIN

$
0
0

Pagi ini, saya mendapatkan sebuah email dari seorang sahabat, isinya kurang lebih sebagai berikut :

Pada hari Jumat (23/1), anak saya (Helmi)  minta izin besoknya (Sabtu 24/1) mendampingi kawannya (Sidiq)  ke Bandung (tempt kos Ayahnya) untuk membereskan barang-barang milik Ayahnya dan barang-barang milik kantor beliau.

Saya tanya, kenapa Ayahnya tidak mengurus sendiri, jawab Helmi : “Ayah Sidiq pada Selasa (14/1 pukul 01:30 WIB) meninggal dunia”

Inna lillahi wa inna Ilahi rojiuun.

Menurut Helmi : “Tidak tahu beliau sakit apa?

Sekembalinya dari Bandung,  Helmi menceritakan bahwa:

Pada hari Senin (13/1) Ayahnya Sidiq masih bekerja seperti biasa, malamnya masih ngobrol dengan Sidiq sambil nonton bola sampai jam 22:30 WIB. 

Pada pukul 01:30, sang Ayah jatuh terduduk di sofa, tidak bangun lagi, dan ternyata sudah tidak  bernyawa.

***

Menurut yang Helmi ketahui, almarhum adalah seorang Karyawan salah satu anak perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (KAI), tugasnya berpindah-pindah dan terakhir kos di Bandung, sedangkan keluarga dan anak-anak almarhum tinggal di daerah Depok.

Nah ketika meninggal dunia almarhum sedang berkumpul dengan keluarganya di Depok.

O ya, Sidiq saat ini masih meneruskan kuliahnya (Semester 3 ) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

***

Menurut sahabat saya, yang dapat dipetik dari kejadian ini adalah : “Kita yakin Allah dapat mencabut nyawa seseorang kapan saja walaupun dalam keadaan sehat. Kita harus selalu menabung bekal untuk di akherat kelak”



MASIH TENTANG BANJIR

$
0
0

Kayaknya cerita tentang banjir di negeri ini masih belum akan berakhir, ada saja yang bisa dibahas dan diperbincangkan. Salah satunya adalah tentang rusaknya ruas jalan TB. Simatupang, tepatnya di depan Gedung Graha TB. Simatupang (sisi Utara) dan Gedung Plaza Oleos (sisi Selatan).

Menurut info yang saya dapatkan hal ini disebabkan oleh peningkatan debit air, sehingga gorong-gorong di bawah jalan tsb tidak mampu menampung aliran air Kali Sarua yang menuju Kali Mampang.

***

Beberapa waktu yang lalu (sebelum saya mendapatkan info seperti di atas), ketika saya sedang dalam perjalanan dari daerah Mangga Besar melewati Jalan Ragunan Raya menuju Pasar Minggu, dengan tujuan akhir Cibubur-Cileungsi.

Sampai di depan Polsek Pasar Minggu laju kendaraan agak tersendat, saya balik arah, di lampu merah saya belok ke Jalan Jati Padang, sampai di ujung jalan saya lihat sekelompok orang (sekitar belasan) yang mengarahkan kendaraan supaya balik arah seperti layaknya “Pak Ogah yang ngatur kendaraan” di persimpangan jalan.

Dalam hati saya berkata, keadaan ini seolah-olah memang sudah “dikondisikan” seperti itu dengan membiarkan kendaraan masuk lewat jalan tsb, setelah “terperangkap” mau ga mau setiap kendaraan (saya yakin) pasti akan bayar, kalau tidak pasti akan “dicembrutin” mereka.

Mengapa saya bisa mengatakan demikian ?

Menurut saya, kalau dari awal niat sekelompok orang tersebut BAIK, tentu saja sejak dari lampu merah atau sebelum kendaraan masuk ke jalur itu, sudah di buat semacam pemberitahuan bahwa ujung jalan Jati Padang tidak bisa dilewati/ditutup, karena ada kerusakan di Jalan TB. Simatupang.

Saya rasa kondisi ini memang disengaja dan dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan semata, dalam arti kata “memeras” pemilik kendaraan yang lewat.

Mohon maaf meskipun hanya “memberi” sekitar seribu atau dua ribu rupiah, saya yakin orang-orng tidak rela, karena merasa dikerjain.

Bayangkan, mungkin ada ratusan bahkan ribuan kendaraan yang “terjebak” dan lewat Jalan Jati Padang setiap hari (dari pagi sampai malam). Padahal pihak berwenang mengatakan bahwa perbaikan ruas Jalan TB Simatupang yang “ambles” dan menelan biaya Rp2,5 miliar tsb baru bisa dirampungkan selama 17 hari….!!!

Saya menyimpulkan, hal ini merupakan suatu konspirasi jahat, dikerjakan secara berjamaah (tua, muda bahkan anak-anak) ikut ambil bagian dalam “proyek” ini.

Saya tidak tau, apakah selama itu juga “proyek” ini dikelola kelompok tsb ? Soalnya saya kapok lewat situ lagi…..!!!

Kemana tokoh masyarakat, tokoh agama, RT, RW, LURAH bahkan CAMAT atau POLISI yang kantornya tidk jauh dari situ ?


MAKAM TUANKU IMAM BONJOL

$
0
0

IMG_9257

Tidak pernah terbayangkan, saya akan sampai di tempat ini, di Komplek Taman Makam Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin yang lebih dikenal dengan gelar Tuanku Imam Bonjol, di Minahasa Sulawesi Utara.

Taman yang cukup luas dapat kita lihat mulai dari pintu gerbang menuju sebuah bangunan “Bagonjong” seperti Rumah Adat Minang bercat putih.

Pohon-pohon rindang di bagian kanan dan kiri bangunan, pada bagian belakang ditanami pohon jati dan bambu.

O ya, waktu saya datang, Komplek Taman Makam ini sedang direnovasi……

IMG_9258

Ketika kita masuk ke dalam bangunan, terlihat sebuah makam dengan keramik putih. Di batu nisan terdapat tulisan :

Tuanku Imam Bonjol lahir pada tahun 1774 di Tanjung Bungo, Bonjol, Sumatra Barat.

Wafat pada 6 November 1854 di Lota Minahasa dalam pengasingan Pemerintah Kolonial Belanda karena berperang menentang penjajahan untuk kemerdekaan Tanah Air, Bangsa dan Negara

Tuangku Imam Bonjol dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah.

Di salah satu dinding bangunan terdapat lukisan Tuanku Imam Bonjol berjubah putih dan sorban putih, sedang mengacungkan pedang di atas seekor kuda putih.

IMG_9262

Disamping lukisan terdapat sebuah prasasti yang menyatakan bahwa : “Komplek Taman Makam Tuanku Imam Bonjol diprakarsai, dirancang, dibiayai dan dibangun oleh Keluarga Besar Bundo Kanduang …….”

prasasti dan batu nisan

Prasasti dan Batu nisan

Di salah satu pojok bangunan terlihat sebuah rangkaian bunga dari Panglima TNI (saat itu) Jenderal Djoko Santoso.

IMG_9266


MUSHOLLA TUANKU

$
0
0
Tempat Ibadah Tuanku Imam Bonjol

Tempat Ibadah Tuanku Imam Bonjol

Menelusuri jalan setapak berlapis semen kira-kira 60m di bagian belakang Taman Makam Tuanku Imam Bonjol, di Lota, Minahasa, Sulawesi Utara. Menuruni puluhan anak tangga, melewati kebun/hutan pohon jati dan bambu.

Saya sampai di pinggiran sebuah sungai yang bening dan cukup deras aliran airnya. Dari atas tadi sudah tampak sebuah bangunan ber-”kubah” kecil di bagian atapnya, sebagai pertanda bahwa bagunan ini adalah sebuah rumah ibadah. Karena berukuran kecil makanya disebut dengan Musholla.

Di sinilah, di sebuah Musholla yang sederhana ini, tempat seorang Ulama berpengaruh, seorang yang disebut-sebut sebagai Tokoh Gerakan Pembaru Islam, seorang pemberani,  Tokoh sentral Pejuang Perang Padri dalam bertempur melawan Penjajah Belanda, lebih dikenal dengan Tuanku Imam Bonjol semasa hidupnya melakukan ibadah untuk mendekatkan diri dan memohon kepada Sang Khalik selama lebih dari 20 tahun dalam pengasingan, sampai detik terakhir beliau menghembuskan nafas penghabisan.

Dengan mengucap”Assalammualaikum ……” saya melangkahkan kaki memasuki musholla …., terlihat sebuah batu besar panjang (seukuran sajadah) yang digunakan sebagai tempat sholat (tempat sujud) Tuanku Imam Bonjol.

Di bagian depan batu tsb terdapat sebuah sumur (tua) airnya bersih dan bening, yang biasa digunakan Tuankusebagai sumber air untuk wudhu’ .

Bagi masayarakat sekitarnya, batu tempat sujud dan sumur tua ini dianggap sebagai peninggalan Tuanku Imam Bonjol yang sangat dihormati.

Saya coba berwudhu’ menggunakan air sumur ini, sekaligus  ibadah Sholat Zuhur dan Ashar (dijama’ karena sedang melakukan perjalan) di atas batu besar tsb.

Bayangkan……

Bagaimana rasanya beribadah ditingkahi kicauan burung-burung, gemiriciknya air sungai dan siulan suara jangkrik, cuaca yang sejuk di tengah sebuah hutan kecil di pinggir sungai dengan airnya yang bening.

Yang terasa hanya rasa khusuk dan sejuk yang amat sangat……..kenikmatan beribadah itu merasuk ke dalam relung-relung kalbu ini….

Seakan terbayang dipelupuk mata bagaimana ulama sekelas Tuanku Imam Bonjol dibuang dan diasingkan ke daerah ini oleh Pemerintah Kolonial selama puluhan tahun dan tidak pernah kembali lagi ke daerah asalnya di Bonjol Sumatra Barat, hanya mengisi hari-harinya dengan beribadah dan memohon kepada Allah SWT, hingga ajal menjemput.

Entahlah, apa saja yang telah beliau lakukan selama kurun waktu tersebut.

Kebun Jati dan hutan bambu

Kebun Jati dan hutan bambu

Tangga menuju Musholla

Jalan Setapak dan Tangga menuju Musholla

Batu Tempat Sholat

Batu Tempat Sholat dan Sujud Tuanku mengarah ke Kiblat

Sumur Tua

Sumur Tua Sumber Air Wudhu’ di samping Batu

Aliran Air Sungai

Aliran Air Sungai tampak dari Musholla ke arah Selatan

Atap Musholla

Atap Musholla tampak dari atas (bukan atap yg diseberang kali)


BELI CAKALANG FUFU DI MANADO

$
0
0

IMG_9099

Saat itu, baru pukul 7 pagi, recananya saya mau snorkeling di Bunaken. Kebetulan jalan menuju ke Pelabuhan melewati Sentra Penjualan Cakalang Fufu, yaitu Ikan Cakalang  atau Ikan Tongkol yang diasap (fufu).

Saya mampir sebentar membeli ikan-ikan asap segar ini untuk dibawa pulang, sebagian juga sebagai oleh-oleh.

Terlihat beberapa rumah yang digunakan sebagai tempat penjualan Cakalang Fufu, seperti usaha home industry, tapi tempat proses pengolahan umumnya dilakukan di tempat lain.

Saya menanyakan cara mengolah Ikan Cakalang ini kepada salah seorang Ibu Penjual di tempat itu, beliau  mengatakan bahwa biasanya daging ikan dibersihkan dulu, dibuang sisik dan jeroannya, dibelah dua, dan dijepit dengan bambu. Kemudian daging ikan dilumuri garam, baru dilakukan proses pengasapan  sampai daging ikan berubah kemerahan, empuk dan kering. Proses pengasapan ini biasanya dilakukan sekitar empat jam.

Menurut ibu ini, jika pengolahannya dilakukan secara tepat cakalang fufu bisa bertahan selama satu bulan, meskipun tidak di lemari pendingin.

Nah, kalau kita beli untuk dibawa pulang, ibu-ibu penjual ini dengan cekataan akan membantu melepaskan daging ikan dari bambunya, membuang kepala ikan (kalau kita tidak suka) dan membungkusnya dengan kertas koran. Kalau yang dibeli banyak, juga sudah disiapkan kardus untuk packing-nya.

O ya, sebetulnya jeroan Ikan Cakalang tidak dibuang, tetapi dibersihkan, terus diasap dan dibungkus kemudian dijual, karena ternyata banyak juga orang yang gemar jeroan ikan.

Selain cakalang juga ada macam-macam ikan kecil, ada yang masih utuh, ada juga yang digiling halus (bentuknya seperti tepung ikan) biasanya untuk campuran gulai misalnya campuran gulai daun singkong atau dicampur ke sayur asem juga ok, ada yang di-”suir-suir”, bahkan ada yang sudah diolah, siap untuk disantap sebagai lauk.
Waktu itu ada beberapa orang ibu-ibu yang sedang merapikan ikan-ikan tsb kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik agar kelihatan lebih menarik.

Cakalang Fufu

IMG_9093

Ibu-ibu penjual Cakalang Fufu

IMG_9094

Cakalang Fufu dicabut dari bambunya dan siap utk di packing

IMG_9106

Salah seorang ibu-ibu pekerja sedang membersihkan ikan setelah di asap

Ikan olahan

Ikan kecil dan ikan olahan siap dimakan, yang dibungkus adalah jeroan ikan cakalang

IMG_9111

Rumah-ruah pinggir jalan tempat penjualan Cakalang Fufu


HATI-HATI DENGAN CHEESECAKE FACTORY TEBET

$
0
0

Pada tanggal 14 Februari yang lalu bertepatan dengan Hari Ulang Tahun anak saya yang perempuan (Thalita). Sementara dihari yang sama anak-anak muda memaknai hari tersebut sebagai “Valentine’s Day” atau “Hari Kasih Sayang”.

Untuk merayakan Hari Ulang Tahunnya, Thalita ingin acaranya sederhana saja. Rencananya diadakan di sekolah bersama ibu guru dan teman-teman sekelasnya, cukup beli kue ulang tahun, tiup lilin, potong kue, kemudian dibagikan kepada teman-temannya. Selesai…. !!!

***

Nah, kurang lebih seminggu sebelumnya kami datang langsung ke salah satu Outlet Cheesecake Factory di Tebet, Jakarta Selatan. Kami pesan dua buah cake, yang satu dengan tulisan “Selamat Ulang Tahun, Thalita”, dan minta diantar ke rumah tanggal 14 Februari paling lambat pukul 11 WIB.

Petugas meminta agar pesanan kami plus ongkos kirim harus dilunasi saat itu juga, tidak boleh DP.

Ok ga masalah……!!!

Sewaktu mau pulang kami menegaskan kembali kepada Petugas : “Tolong dicatat ya Mba, cake diantar ke alamat paling lambat pukul 11, tulisan ‘Selamat Ulang Tahun’ nya jangan lupa, karena cake ini bukan untuk acara Valentine’s”.

***

Tiga hari sebelum hari H (H-3), Thalita minta agar salah satu jenis cake-nya diganti, karena teman-temannya lebih suka blackforest.

Menanggapi hal tsb, kami langsung menghubungi Cheese Factory Outlet Tebet agar bisa mengganti cake pesanan sebelumnya, mumpung masih tiga hari lagi dan kami yakin cake-nya juga belum dibuat, tentu saja kalau ada tambahan biaya akan kami bayar ketika diantar.

Namun Petugas di ujung telpon menjawab : “Mohon maaf Bu, barang yang sudah dipesan tidak bisa diganti…!!!”, walaupun kami sudah jelaskan, bahwa waktunya kan masih 3 hari lagi ? mungkin cake-nya juga belum dibuat ?  kalau ada kekurangan akan ditambahkan dan kalau ada kelebihan tidak usah dikembalikan. “Masa ga bisa Mba?”

“Iya Bu, mohon maaf tidak bisa, “ jawab Petugas ybs.

Akhirnya kami mencoba bernegosiasi, “Boleh saya bicara dengan Supervisor atau Managernya Mba?”.

Alhamdulillah kami diberi kesempatan untuk berbicara kepada atasannya, sehingga kebuntuan komunikasi dapat terpecahkan. Dengan arti kata “Penggantian salah satu cake dapat diterima..!!!”.

Solved…!!!

Pada malam H-1 saya mengingatkan istri agar menghubungi Cheescake Factory tentang pesanan cake, agar tidak salah alamat atau telat. Ternyata tidak ada yang menjawab, mungkin sudah tutup. Saya mengingatkan lagi agar istri telpon kembali besok pagi.

Karena pagi itu (hari H) istri ada urusan ke sekolah anak saya yang pertama (Kevin), maka kesempatan telpon Cheesecake Factory baru bisa dilakukan pada pukul 10.30 WIB.

Alangkah kagetnya Istri saya mendengar jawaban Petugas, bahwa cake pesanan kami tidak diantar alias HARUS DIAMBIL SENDIRI…!!!, karena pesan dicatatan mereka adalah “cake diambil sendiri, dan waktunya any time”.
Dengan bahasa yang halus dan sopan petugas mengatakan : “Akan kami usahakan mengantarnya ya Bu, soalnya kurirnya sedang keluar semua…..”

Karena tanpa kepastian, cake tsb kami ambil sendiri, dan lebih kaget lagi tulisan “Selamat Ulang Tahun” yang diminta tidak ada, yang tertulis adalah “Happy Valentine’s“.

Meskipun kembali dengan halus petugas mengatakan : “Akan kami bantu membuatkan ‘Selamat Ulang Tahun’nya, harap ibu bersabar menunggu…. !!!”

***

Kejadian ini sudah yang kedua kali kami alami, pertama tahun 2013 yang lalu pada momen yang sama, cakenya diantar tapi terlambat lebih dari satu jam (tentu saja setelah ditelpon berkali2).

Karena itu, dalam kesempatan ini saya mengingatkan para konsumen agar berhati-hati membuat janji dengan Cheesecake Factory terutama di Outlet Tebet, kalaupun terpaksa sebaiknya dikonfirmasi paling tidak sehari sebelum hari H, dan akan lebih baik lagi agar pada hari H diingatkan lagi.
Supaya tidak kecewa……!!! :(


CUT THE CRAB

$
0
0
20140214_205217

Menu Favorit Cut The Crab

Ceritanya masih seputaran Ulang Tahun anak saya (Thalita) beberapa waktu yang lalu.

Karena siangnya Thalita hanya merayakan Hari Ulang Tahun bersama temen-temannya di sekolah, malamnya Thalita ngajak makan bersama di luar.

Setelah disepakati kami berangkat menuju “Cut The Crab” sebuah Restoran seafood dengan menu favorit Papua Crab’s alias Kepiting Papua, dengan pilihan jantan atau betina (yang ada telurnya).

Restoran ini terletak di Jalan Cikajang, dekat Pasar Santa (Jakarta Selatan).

Sebelumnya saya coba telepon untuk reservasi, ternyata untuk weekend harus datang langsung dan antri.

Sampai di lokasi sekitar pukul setengah 8 malam, kami menunggu kira-kira setengah jam untuk mendapatkan meja dan tempat duduk.

***

Kami berempat masuk dan menempati meja yang tersedia. Seorang Petugas mencatat pesanan kami.

Tidak lama kemudian Petugas tersebut memberi meja kami dengan “tamplak” dari kertas yang biasa buat bungkus nasi seukuran meja, membagikan celemek sekali pakai untuk masing-masing.

Kurang lebih 15 menit menu pesanan kami sudah tersedia  dalam sebuah kantong plastik dengan wadah ember….!!!

Kantong yang berisi kepiting dan teman-temannya yaitu udang, kerang, Crawfish, dan sepotong jagung manis ditumpahkan ke atas meja, tanpa piring  dan tanpa sendok, kecuali martil atau palu untuk memecahkan cangkang kepiting.

Cara makannya “wajib” pakai tangan. Tidak boleh ‘jaim’ alias jaga image.

O ya, Crawfish itu mirip udang atau lobster tapi lebih kecil, cuma cangkangnya lebih tebal dan keras, hidup di air tawar. Promosinya Crawfish ini rendah kolesterol.

Ada beberapa pilihan saus yaitu Cajun, Garlic, dan mixed (gabungan keduanya), juga ada beberapa level spicy yaitu non spicy, medium dan pedas.

Cajun adalah bumbu rempah khas dari Lousiana, Amerika yang terkenal dengan makanan Cajun, yaitu campuran rempah kering seperti bawang putih, bawang Bombay, paprika, merica, thye, cayenne bubuk serta garam.

Kami memilih Cajun dengan spicy medium…..

Kepitingnya bisa dipilih, mulai dari 6 ons, 8 ons, bahkan 1,5 kg….!!!

Menurut Petugas, kepiting yang 6 ons plus seafood bisa untuk dua orang, yang beratnya 8 ons plus seafood bisa untuk bertiga atau berempat, dan 1,5 kg untuk 6 orang.

Petugas membawakan contoh kepiting dengan berat 8 ons agar kami bisa memilih porsi yang cocok.

Kami memutuskan untuk memesan kepiting 8 ons saja plus paket mixed seafood (udang, kerang, Crawfish, jagung), tidak lupa 3 nasi putih, 2 kentang goreng, 3  lemon tea, 1 jus sirsak, 2 ice cream woody sebagai penutup.

Cukuplah untuk kami berempat …..!!! Oh ya,  kami membayar Rp 498ribu untuk semuanya.

Cut The Crab

Alhamdulillah…..!!! anak-anak sangat menikmati makan malam tersebut.

“Selamat Uang Tahun Anakku. Semoga Panjang Umur dan sehat selalu. Amiiin….”

Alamat : Cut The Crab, Jl. Cikajang No. 32, Jakarta Selatan
Tel. 021- 7206810.


KEJEBAK HALUA KELAPA

$
0
0

20131119_081524

Bagi saudara-saudara kita yang berasal dari Manado, pasti nama cemilan yang satu ini tidak asing lagi. Halua Kelapa adalah salah satu jenis oleh-oleh khas Manado yang enak dan lezat dengan komposisi terdiri dari Palm Sugar (Gula Aren) dan Coconut (Kelapa).

Nah, ketika ke Manado beberapa waktu yang lalu, saya beli cemilan ini sebagai salah satu jenis oleh-oleh untuk dibawa ke Jakarta, bahkan sempat saya kirim kepada keluarga di Batam (Grand Merciful Building tempat penjualan dan pusat oleh-oleh di Manado, tempat saya mendapatkan Halua Kelapa ini juga melayani pengiriman ke luar kota).

***

Pada suatu malam, beberapa hari setelah sampai di Jakarta, saya mulai mencari-cari makanan cemilan.

Saya teringat salah satu cemilan yang belum sempat saya nikmati, yaitu Halua Kelapa yang dipotong empat persegi dan di-packing menggunakan wadah plastik.

20131119_081536

Halua Kelapa dari Kelapa dan Gula Aren

Saya coba satu potong, lumayan lezat, ada rasa kelapa muda yng dikeringkan, terus rasa manisnya berasal dari Palm Sugar (Gula Aren), sehingga rasanya tidak terlalu manis, tapi enak di mulut.

Saya teringat dengan Uni Evi yaitu Pemilik Blog Jurnal Evi Indrawanto, yang selalu mengingatkan manfaat dan khasiat Palm Sugar terhadap kesehatan. Apalagi beberapa waktu yang lalu beliau pernah menyelenggarakan “Lomba Blog Pemanis Sehat” yang rencananya ingin saya ikuti, tapi tidak kesampaian……. :( 

O ya, kembai ke pokok permasalahan tentang Halua Kelapa.

Ketika Halua pertama habis saya makan, kok rasanya ada yang ga hancur digigit. (Maaf) sisa tersebut saya keluarkan dari mulut dan saya buang ke tisu.

Kemudian potongan yang kedua juga terasa begitu……

Saya sadar setelah potongan yang kedua habis setengahnya. Saya perhatikan baik-baik, kayaknya ada yang salah dengan makanan ini, kok ada rasa kertas.

Saya bolak-balik, ternyata benar……..!!! di bagian belakang Halua Kelapa ada lapisan KERTAS….!!!

Seharusnya sebelum dimakan, lapisan kertas tsb dilepas dulu…. !!!

Saya kejebak Halua Kelapa….!!!

20131119_081549

Kertas Pelapis Halua Kelapa



KECEWA DENGAN R2R

$
0
0
Grilled Baby Snapper

Grilled Baby Snapper

Suatu pengalaman yang belum pernah saya rasakan terjadi ketika saya janjian ketemu untuk makan malam di lantai 2 Race 2 Run (R2R) Resto & Cafe di Pancoran Jakarta.

Seorang Pelayan menghampiri …

Saya pesan Grilled Baby Snapper, yaitu Ikan Kakap Panggang dengan Kentang Goreng ditambah  dua potong Bawang Bombay Goreng Tepung, beserta sayuran segar Baby Buncis, beberapa Wortel dan Brokoli, terakhir disiram dengan Mayonnaise.

Untuk minuman, saya minta Avocado Blitz, yaitu jus alpukat dicampur susu disertai dengan topping Vanilla Ice Cream.

Setelah si Pelayan berlalu, saya baru ingat belum pesan air mineral (biasanya cafe ini untuk air putih hanya menyediakan minuman dalam botol gelas ukuran 380 ml).

Memang saat itu sedang banyak pengunjung,,,

***

Setelah lebih dari setengah jam waktu berlalu, pesanan saya masih belum ada tanda-tanda akan datang, apalagi yang lebih duluan pesan disekitar saya sepertinya juga belum kebagian.

Biasanya pesan makanan dan minuman di sini, memang “pakai lama”.

Kerongkongan saya mulai terasa kering, saya butuh minuman….!!!

Nah, pada waktu yang bersamaan pesanan air mineral teman yang di depan saya, datang. Pelayan membawakan sebotol minuman dengan sebuah gelas kosong.
Secara refleks saya bilang kepada Pelayan tersebut : Mas, saya boleh minta gelasnya satu?”.

Jadi sambil menunggu jus alpukat pesanan saya selesai dibuatkan, saya akan minta air mineral teman saya.

Si Pelayan menjawab : “Ga bisa Pak”.

Saya berusaha untuk meyakinkan diri : “Maksudnya Mas?”.

Si Pelayan menjawab lagi : “Ga boleh Pak”.

Saya bengong dan terdiam, sambil membatin “apakah permintaan saya ini salah?” (Sampai sekarang saya belum menemukan jawabannya, karena saya belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Kok ada resto/cafe yang menolak tamunya meminjam gelas)

Biasanya di resto yang lain, bahkan piring atau mangkokpun  selalu dikasih.

Padahal untuk Grilled Babby Snapper  Rp99.000 dan Avocado Blitz Rp42.500, kalau ditotal Rp 141.500.

Itu baru saya sendiri, belum sahabat-sahabat saya yang lain?

Masak pinjam gelas saja tidak boleh…..!!! Apalagi saya bukan pelanggan baru di situ :((

Avocado Blitz

Avocado Blitz


CRANBERRY

$
0
0
Cranberry

Cranberry Juice

Malam itu sekitar pukul 19.00, udara terasa panas dan kerongkongan mulai kering. Meskipun biasanya saya tidak begitu suka minuman dingin apalagi manis, kali ini ketika ditawarkan oleh petugas restoran, saya malah bersedia disuguhkan minuman seperti itu.

Petugas menawarkan beberapa jenis minuman.

Seperti biasa saya menanyakan : “Minuman spesifik di restoran ini apa, Mbak ?“. si Petugas menyarankan agar saya memilih Cranberry Juice.

Karena kurang familiar dengan nama buah itu, saya menanyakan : “Bentuk cranberry itu seperti apa?“. Dengan tenang si Petugas menjawab : “Bapak browsing saja Pak….“.

Ooooh iyaa…. benar…!!! “, kata saya.

Ha3… benar juga, saya segera browsing dan mencari informasi tentang buah tsb.

Menurut info dari sumber yang saya dapatkan (di sini),  Cranberry termasuk keluarga Vaccinium, dengan nama latin Oxycoccos. Cranberry berdiameter sekitar 6 – 18 mm, matangnya berwarna merah dan rasanya asam. Amerika Serikat merupakan produsen Cranberry terbesar di dunia, pasokan terbesar dari negara bagian Wisconsin. Budidaya Cranberry juga dilakukan di Chile, negara-negara Balkan dan Eropa Timur. Cranberry banyak digunakan sebagai saus makanan, jus dan manisan. Selain mengandung antioxidant polyphenol, Cranberry juga mengandung alkaloids sepeti anthocyanidin, cyanidin, peonidin dan quercetin yang berguna mencegah kanker. Jus Cranberry juga dipercaya dapat mencegah batu ginjal.

***

Ketika dihidangkan saya menanyakan : “Mbak, saya boleh lihat buah cranberry aslinya… ?

Tadinya, saya pikir ada cranberry yang masih berbentuk buah di restoran tsb. Nah saya ingin melihat tampilan buahnya seperti apa ?

Petugas menjawab : “Tidak ada Pak, ini sudah langsung dari kalengnya

He3….. saya salah pengertian, ternyata yang dihidangkan ke saya adalah minuman kaleng. Mereka tinggal buka kalengnya, tuangin ke gelas, terus ditambahkan es, sedotan, kemudian dihidangkan….selesai……..!!! :)

Tapi rasanya lumayan lah, ada rasa manis, asam dan kecut……saya suka.

Alhamdulillah yang penting sudah bisa menyegarkan tenggorokan kembali…… :)


LOU SEMIR SEPATU

$
0
0
20140202_163839

Tersedia 4 kursi khusus

Di Departement Store asal Korea, Lotte Shopping Avenue (LOVE) di kawasan Casablanca, Jakarta terdapat sebuah outlet, namanya “LOU Leather Care“.

Outlet ini adalah tempat semir sepatu…

Beda dari yang selama ini kita lihat, biasanya semir sepatu dikerjakan oleh anak-anak di pintu-pintu mesjid, di warung-warung tenda, di terminal bus/kereta api atau di halte bus dll, dengan ciri-ciri membawa sebuah kotak kayu kecil yang berisi shoe polish, sikat dan kain lap/handuk kecil.

Pemandangan seperti itu sangat kontras dengan Lou Leather Care, apalagi dari segi lokasi, di outlet tsb disediakan empat kursi khusus, shoe polish khusus, dan dengan 2 orang Petugas khusus.

Untuk menghilangkan rasa penasaran, saya mencoba minta bantuan mereka untuk membersihkan sepatu saya. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya adalah sekitar 20 s/d 30 menit, “tergantung jenis dan bahan sepatunya,” kata si Petugas. Bahkan ada yang harus ditinggal, karena membutuhkan waktu yang cukup lama.

Nah hasilnya seperti ini :

20140202_164656

20140202_164255

Salah satu perangkat yang dipakai

Semir Sepatu

Kiri : “Sendok” sepatu, Kanan : jenis semir yg digunakan

20140202_163443

Petugas sedang beraksi disaksikan seorang customer


KE MUSEUM TSUNAMI DI ACEH

URINOIR DI CHANGI

$
0
0

20131106_194419Sejauh yang saya ketahui tentang Toilet Pria, saya menjumpai urinoir di Changi Airport agak berbeda dengan urinoir pada umumnya.

Di urinoirnya terdapat satu titik. Titik tersebut merupakan gambar seekor lalat besar.

Saya tidak tau pasti buat apa “lalat” itu nemplok di urinoir tsb, namun saya memperkirakan begini :

“Gambar lalat itu adalah sasaran “tembak”, jadi kalau kita mengarahkan jatuhnya air seni ke titik tsb, maka pantulannya akan langsung masuk ke “lobang” bebentuk kerucut yang ada di dasar urinoir. Tentu saja untuk menjaga kebersihan, agar air seni tidak memercik kemana-mana, terutama dapat melindungi celana para pria yang menggunakannya.

Bagaimana menurut pendapat teman-teman ?

Sasaran tembak dan lobangnya

Sasaran tembak dan lobangnya

 


MAKAN KELADI DI PESAWAT

$
0
0

Dalam perjalanan dari Jayapura menuju Jakarta, kami mendapat suguhan makan siang dari Garuda dengan menu utama Keladi atau Talas, Ikan Cakalang Woku, dan Sayur Kangkung Bunga Pepaya, sedangkan menu appetizer-nya Bubur Sumsum berbahan baku Singkong, untuk minuman saya hanya minta Orange Juice tanpa es.

Pertama, saya basahi kerongkongan dengan Orange Juice, aaahh…. segar…..

Kemudian, saya coba dulu hidangan pembukanya yaitu Bubur Sumsum alias Singkong rebus, mantapppp….

 

Lima belas menit kemudian baru saya buka main course-nya yaitu Keladi alias Talas rebus yang dibuat dan dicetak seperti nasi.

Jujur saja, keladi itu ennnnnaaaak sekali, mungkin keladi berkualitas tinggi dari Papua, ditambah dengan nuansa pedas Ikan Cakalang Woku, dan Sayur Kangkung Bunga Pepaya yang jadi menu favorit saya seminggu terakhir selama di Manokwari dan Jayapura, makan siang dan malam tidak bosan-bosannya. Bahkan sebelum terbang masih makan sayur Kangkung Bunga Pepaya lagi di Yougwa Restaurant di pinggir Danau Sentani, namun tetap masih mau ketika disuguhkan di pesawat.

Sehubungan dengan itu, dalam obrolan-obrolan ringan dengan teman-teman, apabila mendengar berita bahwa Negara kita masih kekurangan beras untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, bahkan harus mengimportnya (tahun lalu) dari Negara lain seperti Vietname, Thailand, India, Pakistan bahkan Myanmar.

Saya selalu mengatakan bahwa orang Indonesia tidak harus makan beras, kalaupun makan beras tidak harus beras putih, masih ada beras merah yang jauh lebih baik untuk kesehatan.

Kita bisa makan singkong, jagung, ubi, sagu, kentang dll semuanya merupakan sumber karbohidrat yang sangat baik untuk kesahatan. Tidak seperti beras yang banyak mengandung glukosa pemicu diabetes.

Sebab itu, bagi saudara-saudara kita di Papua maupun Papua Barat marilah kita kembali makan umbi-umbian, aoakah itu namanya keladi, talas, ubi, singkong atau sagu.

Demikian juga saudara-saudara kita yang di Maluku atau Maluku Utara marilah kita kembali kemakanan nenek moyang kita sagu.

Dulu ketika masih Sekolah Dasar, guru saya pernah mengatakan bahwa orang Madura makanan pokoknya adalah Jagung. Apakah sekarang juga masih makan jagung ?

Ayo…, mari kita kembali ke jagung…

Kemungkinan lain adalah Gorontalo atau Sulwesi Utara, Pemeritah Daerah propiinsi tsb sedang giat-giatnya mengembangkan Jagung, terutama Jagung Pulut. Pengalaman saya di Gorontalo, Jagung Pulut rebus, nikmat sekali dimakan dengan sayur irisan daun papaya, irisan jantung pisang, tamburan kelapa parut dan sambal.

Saya juga punya pengalaman makan Papeda dengan Ikan Kuah Kuning di Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Gorontalo.

Lanjutkan apa yang sudah baik, seperti Bubur Manado, Tinutuan atau Milu Siram di Sulawesi Utara dan Gorontalo, meskipun masih berbahan baku beras tapi hanya sebagaian kecil, karena dicampur jagung, keladi/talas, ubi dan sayur-sayuran, apalagi Tinutuan dan Milu Siram, sama sekali tidak dicampuran beras.

Itupun sudah cukup memenuhi kebutuhan kita.

Sungguh kita harus bersyukur, betapa kayanya Indonesia dengan berbagai jenis makanan pokok yang tersedia.

Tidak usah malu, tidak usah berkecil hati, menjadikan jagung, singkong, ubi, kentang, keladi atau talas sebagai makanan pokok.

Apakah dengan makanan tsb akan menurunkan harkat dan martabat kita sebagai manusa?

Sudah pasti tidak…. !!!

Apakah dengan makan beras kita merasa menjadi orang yang terhormat atau menjadi warga kelas satu ?

Jawabannya juga pasti ….. tidak…!!!

Karena itu marilah kita kembali ke makanan yang lebih baik, paling tidak mengurangi makan beras, karena beras saat ini lebih banyak tumbuh dengan bantuan zat-zat kimia yang digunakan sebagai pupuk dan pestisida untuk melawan hama yang banyak menyerang.

 

Berbeda dengan Pohon Rumbia atau Sagu yang banyak tumbuh dipinggiran Danau Sentani maupun pulau-pulau kecil di danau tsb, apalagi di hutan-hutan pedalaman Papua, Papua Barat, Maluku maupun Maluku Utara.

Mungkin sebagian besar pohon tsb bahkan tidak pernah ditanam alias tubuh sendiri, tidak perlu dipupuk dan tidak perlu disemprot pestisida karena tidak ada hama yang suka dengan pohon-pohon sagu kecuali ulat sagu (ulat sagupun enak dimakan), yang pasti pohon sagu lebih tahan dibandingkn dengan padi.

Dengan demikian saya yakin, Negara ini tidak akan pontang-panting mencari sumber beras untuk memenuhi kebutuhan kita, karena kita sendiri sudah mampu memiliki kemandirian pangan.

#Postingan ini ditulis pada hari Jumat, tanggal 4, bulan April, tahun 2014, dalam perjalan dari Bandara Sentani, Papua menuju Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, dari ketinggian 34.000 kaki dari permukaan laut (dpl)#


MAKAN SIANG DI TEPI DANAU SENTANI

$
0
0

IMG_0823Pesawat yang akan membawa kami kembali ke Jakarta dijadwalkan berangkat pada pukul 14.00 WIT.

Waktu dari Grand Abe Hotel, Abepura tempat kami menginap sejak dua hari yang lalu, ke Bandara Sentani tidak sampai satu jam.

 

Sedangkan saat itu jam baru menunjukkan pukul 11 siang, kami segera berkemas karena teman yang akan mengantar kami ke Bandara sudah menunggu di Lobby hotel.

Meskipun waktu untuk ke Bandara masih terlalu pagi, namun kelebihan waktu tersebut dapat kami manfaatkan untuk mencari lukisan dari bahan dasar kayu yang masih kurang, karena yang kami beli di Pasar Hamadi (pusat penjualan souvenir khas Papua) sehari sebelumnya kekecilan, sedangkan kami ingin yang ukurannya lebih besar sekitar 100 x 60 cm.

Nah, di Jalan Raya Sentani terdapat sebuah Rumah Seni “Niko” yang menjual macam-macam kerajinan tangan Papua. Di sini saya menemukan lukisan bemotif kepala suku, kebetulan yang ada hanya  motif tsb dan yang lainnya motif alam.

Kami melanjutkan perjalanan menelusuri tepian Danau Sentani, tidak lupa mampir untuk ambil foto view Danau dengan pulau-pulau kecil yang bertebaran di sana. Di sisi lain saya juga melihat masih cukup banyak Pohon Rumbia atau Pohon Sagu yang bisa diolah oleh Suku Sentani menjadi tepung sagu, sebagai bahan utama makanan  sehari-hari. Biasanya dapat disantap dalam bentuk Papeda.

Kami mampir ke sebuah rumah makan Yougwa Restaurant, diantara beberapa restoran yang terdapat di pinggiran danau.
Menu istmewanya adalah Ikan Gabus dan Ikan Mujair, Sayur Kangkung Bunga Pepaya dengan minuman Perasan Jeruk Nipis Hangat.

Ikan Gabus dengan dagingnya yang tebal, digoreng tepung terus dikasih cabe, kemudian Ikan Mujair yang satu diwoku dan yang satu lagi hanya digoreng kering, karena ukurannya lebih besar dan cara mengolahnya yang ok, sehingga tulangnya sampai kepalanya terasa garing, ludes dibantai teman saya.

Makan siang kami ditemani oleh hembusan angin danau, hempasan ombak dan riak-riak kecil. Di sekitar tempat makan kami banyak berkerumun ikan-ikan kecil yang pada awalnya saya kira adalah daun gugur yang jatuh ke danau, ternyata ikan-ikan kecil mirip daun karena ukurannya sebesar daun-daun yang berguguran itu.

IMG_0818

Ikan Mujair Woku

IMG_0819

Ikan Gabus Balado

IMG_0821

Ikan Mujair Goreng Kering

IMG_0820

Sayur Kangkung Bunga Pepaya

IMG_0797

Yougwa Restaurant

IMG_0798

IMG_0800

IMG_0802

 

IMG_0803

IMG_0810

IMG_0811

Alhamdulilah, kami masih bisa menikmati hidup dengan lezatnya ikan danau, bukan ikan laut yang selama seminggu terakhir kami makan mulai sarapan pagi, makan siang sampai makan malam, baik di Manokwari maupun di Jayapura.
Ikan…ikan dan ikan…. yang sudah pasti segar dan baru, tidak seperti di Jakata.

Ikan di Jakarta, “Sudah mati tujuh kali,” kata teman saya. Karena membutuhkan waktu yang lama, untuk sampai ke konsumen. Berbeda dengan ayam potong di Papua, kata teman saya lagi : “Ayam potong di Papua, matinya lebih lama dari hidupnya”.

Biasanya ayam potong di Papua pasokannya dari Jakarta atau Surabaya, sementara umur ayam potong hanya antara 30 s/d 40 hari. Setelah dipotong terus dikemas dikirim ke Papua dengan kapal, perjalanannya sampai ke tangan konsumen memakan waktu sampai tiga bulan.

Ha3 ….saya kurang tau apakah benar seperti itu ? Kayaknya kalau diangkut dengan pesawat tidak selama itu juga. Kalau dulu mungkin bisa demikian.

Terlepas dari semua itu ….

Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Mencukupi kebutuhan bangsa ini, Engkau memberikan kami kekayaan laut dengan ikan-ikan berbagai jenis dalam jumlah yang melimpah.

Maka terkutuklah bangsa-bangsa lain beserta kroni-kroninya yang bersekongkol mencuri ikan-ikan di perairan kami.

O ya, akhirul kata, makan siang di restoran Yougwa untuk tiga orang hanya Rp296.000,-…..

# Postingan ini ditulis pada hari Jumat, tanggal 4, bulan April, tahun 2014, dalam perjalan dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar menuju Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, dari ketinggian 33.000 kaki dpl#



BAKSO DAGING SAPI PAK GEGER

$
0
0

20140413_162507

Kalau suatu saat teman-teman berada di Semarang, Jawa Tengah, jangan lupa mampir ke Bakso Daging Sapi Pak Geger.

Ini adalah bakso yang paling nikmat yang pernah saya makan.

Baksonya dihidangkan di dalam mangkok besar, disiram air kaldu dengan potong-potongan jeroan seperti babat, usus dan kikil, ditambah lagi pangsit goreng yang cukup besar membuat Bakso Daging Sapi Pak Geger menjadi istimewa.

Alamat : Bakso Daging Sapi Pak Geger, Jl. Mintojiwo Timur RT 001/07, Semarang.


BAGAIMANA KALAU PULSA LISTRIK TIDAK BISA DIBELI

$
0
0

Malam ini pukul 21.00 kami kalang kabut tidak bisa beli pulsa (token/voucher) listrik isi ulang kepada “Mbak Pulsa Langganan”.

Jadi, kami sekeluarga punya langganan pembelian pulsa kepada “Asisten Rumga” tetangga. Apakah pulsa internet dari berbagai provider maupun pulsa listrik dari PLN (kata teman saya, PLN singkatan Perusahaan Lilin Negara).

Sebetulnya sore tadi sudah ada “Beep” dari meteran tsb, memberitahukan bahwa pulsa sudah tinggal 16. Sementara memesan pulsa apa saja sama si Mba gampang, tinggal SMS dalam waktu singkat akan dapat balasan berupa nomor token dan bayarnya belakangan.

Dalam hati saya berkata : “Nanti saja pesan agak malaman“.

Nah, pukul 21.00, saya SMS si Mb, tapi jawabannya “server PLN lagi error“. Karena voucher pulsa yang ada tinggal 12, saya cepat-cepat nyari ke “Indomaret” terdekat,  biasanya menyediakan pulsa tsb. Jawaban Petugas Indomaret : “Sejak 3 minggu yang lalu, Indomaret tidak jual pulsa lagi, Bapak harus beli di PLN”.

#mulai panik…#

Saya coba cari lagi di counter penjualan pulsa Handphone, saya mendapat jawaban bahwa “server PLN sedang error“.

Waduuuh….!!! bahaya ini….!!!

Sampai di rumah saya matikan beberapa buah lampu, dan salah satu pendingin ruangan untuk mengurangi penggunaan listrik. Berharap agar masih bisa memperpanjang “nafas” minimal sampai bisa beli di PLN besok pagi (seperti saran Petugas Indomaret).

Satu cara lagi yang harus saya coba adalah, menghubungi kakak ipar yang tinggal di wilayah Depok. Minta tolong carikan pulsa listrik ke warung terdekat, siapa tau bisa…..

Ahamdulilah, akhirnya saya mendapatkan nomor token yang diinginkan, meskipun hanya 100, lumayan masih bisa bertahan at least  untuk 5 hari ke depan.

Saya tidak bisa bayangkan, kalau tidak mendapatkan pulsa malam ini, ikan di kolam pasti sudah megap-megap kekurangan oksigen, rumah gelap gulita, anak-anak kipas-kipas ga bisa tidur kegerahan,  sementara di rumah sebelah listriknya tidak masalah,

Apakah sudah saatnya saya mengajukan untuk kembali lagi ke Lisrik konvensional (yang tidak pakai pulsa) ?

Atau cukup dengan mengadakan persediaan/stock voucher pulsa saja ?


WISATA KALBU DARI SEMARANG MENUJU REMBANG

$
0
0

Pagi itu, kami terbang dari Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta ke Bandara Achmad Yani, Semarang dengan Citylink.

Pengalaman terbang yang menyenangkan karena jarak bandara relatif tidak jauh,  tidak seramai di Cengkarengan mungkin karena maskapai penerbangan yang beroperasi di Halim masih sedikit, terus terasa nyaman karena bandara baru direnovasi, bahkan di ruang tunggu ada “Starbuck”, ditambah lagi pelayanan Citylink juga bagus dan waktu keberangkatan on-time.

Dalam waktu 50 menit kami sudah sampai di Semarang, meskipun ada tambahan waktu karena beberapa kali pesawat kami mutar-mutar di atas langit Semarang, mungkin menunggu antrian pesawat yang akan landing di landasan  Achmad Yani.

***

Perjalanan menuju Kota Rembang di mulai lewat jalur Pantura, mampir di Mesjid Agung Demak, Mesjid Menara Kudus dan Mesjid Agung Jawa Tengah (besoknya dalam perjalanan kembali ke Semarang)

1. Mesjid Agung Demak, mampir di sini untuk menjama’ Shalat Zuhur dengan Shalat Ashar.

Banyak yang selesai shalat duduk-duduk santai menikmati tiupan angin di teras mesjid, apalagi siang itu matahari bersinar terik. Sementara kami kembali meneruskan perjalanan ke tujuan berikutnya.

O ya, dari mesjid tadi menuju ke parkiran kami dikerubutin oleh pengemis tua/muda bahkan anak-anak.

IMG_0838

IMG_0841

Pengunjung yang istirahat setelah selesai shalat di Mesjid Agung Demak

2. Mesjid Menara Kudus, mampir hanya untuk melihat keagungan mesjid ini, terutama menaranya yang begitu legendaris.

Sayang, Pemerintah Daerah membiarkan puluhan pengemis mangkal disepanjang jalan menuju mesjid dan “meyerbu” para pengunjung. Sangat tidak elok kalau disaksikan dan dialami juga oleh turis-turis asing.

IMG_0882

IMG_0886

Menara Kudus simbol Mesjid Menara Kudus

3. Mesjid Agung Jawa Tengah, mampir untuk kembali menjama’ Shalat Zuhur dan Ashar (hari berikutnya dalam perjalanan kembali ke Semarang)

IMG_0994Menurut cerita seorang Pedagang di samping mesjid, para turis asing dari beberapa kapal pesiar rutin berkunjung ke mesjid ini.

IMG_0997

Tiang-tiang yang bisa dibuka dan tutup


DOKTER ABAD 21

$
0
0

Beberapa hari yang lalu, anak saya Thalita (10) mengeluhkan telinganya terasa agak sakit, katanya waktu dalam perjalanan kami ke Bandung, memasukkan jarinya ke telinga karena merasa gatal.

“Habis, aku nyari cotton bud kan ga ada,” katanya.

Singkat cerita, malamnya Thalita saya bawa ke dokter Spesialis THT (Telinga Hidung dan Mulut), dokternya kebetulan seorang wanita muda umur sekitar 30 s/d 35 tahun, yang jelas pasti pintar.
Hebatnya sekarang dokter-dokter ahli didukung oleh peralatan dan teknologi kedokteran yang canggih.
Dari peralatan yang digunakan, kayaknya dokter tersebut memakai yang namanya Digital Otoscope yaitu alat yang berfungsi untuk melihat bagian dalam telinga atau rongga tubuh lainnya. Mempunyai ujung berkamera berukuran sangat kecil, terkoneksi dengan laptop atau LED TV. Ujung kamera dilengkapi dengan lampu LED sebagai penerang, sehingga bisa melihat dalam keadaan gelap (selengkapnya ada di sini).

Saya masih ingat sekitar dua atau tiga tahun yang lalu dokter spesialis THT di suatu rumah sakit, masih menggunakan Otoscope yang manual.

Nah, sekarang semua bisa dilihat di Laptop atau layar TV Monitor. Ibu dokter tersebut dapat memindahkan arah kameranya ke rongga telinga kiri dan kanan serta rongga hidung. Sambil menyampaikan diagnosanya bahwa telinga Thalita terlihat suram, dan bakteri baik yang bertugas melindungi telinga dari infeksi justeru berbalik menginfeksi telinganya. Sementara di rongga hidung terlihat ada tulang yang agak bengkok ke arah dalam sehingga akan menghalangi pernafasan. Disarankan jika pada saat masa pertumbuhan Thalita sudah berhenti, agar dilakukan operasi untuk merekonstruksi tulang hidung yang bengkok tersebut.

Wah….!!!! parah dong sakitnya sampai batang hidung Thalita harus operasi segala? ” saya membatin.

Dari dokter tersebut Thalita mendapatkan obat :

  1. Dexyclav Forte sebagai antibiotik, 3x sehari, disimpan di lemari pendingin dan harus dihabiskan.
  2. Mucopet sebagai obat batuk, 3x sehari.
  3. Rhinos Junior sebagai obat flu dan pilek, 3x sehari.
  4. BNS (Breathy Nasal Spray) sebagai obat yang disemprotkan ke hidung, 2x sehari yaitu malam sebelum tidur dan  pagi sebelum berangkat ke sekolah. Juga perlu disemprotkan pada saat naik tangga dll.

Disarankan supaya BNS dipakai selama 6 bulan…!!!

Berolahraga teratur antara pukul 7 dan 8 pada saat matahari bersinar cerah, kalau perlu pakai baju yang sedikit terbuka alias “you can see“.

Untuk biaya dokter spesialis THT dan pembelian obat, saya mengeluarkan Rp. 684.900,-

***

Dua hari berikutnya kami ada keperluan ke tempat praktek dokter langganan keluarga sejak puluhan yang lalu (sejak isteri saya masih kecil sampai saat ini Kevin 15 tahun dan Thalita 10 tahun) yaitu dr. Sugito Wonodirekso, M.S (saking dekatnya beliau biasa kami panggil dengan Om Sugito atau Om Gito saja) sebagai “Second Opinion”.

Oh ya, kurang lebih sejak setahun yang lalu, beliau pindah ke tempat praktek yang baru di daerah Pondok Indah.

Kami membawa obat-obat yang dikonsumsi Thalita dua hari terakhir.

Dr. Soegito mengatakan : “Hentikan semua obat-obat itu, anakmu tidak sakit. Bukankah, saat itu badannya tidak panas, dari dulu saya juga tidak pernah memberikan antibiotik kalau anakmu tidak panas. Saya juga pernah bilang, kalau keluhannya hanya seperti itu, kamu beri anakmu air hangat terus suruh istirahat, jangan minum-minuman dingin, makanan berpengawet dan berbumbu tajam seperti chiki dan sejenisnya, mi instan dll. Nanti antibodynya akan bekerja….!!!”

He3 ….. benar juga dugaan saya ketika mendengar keterangan dokter spesialis THT yang saya ceritakan di atas dan menerima obat yang diberikan “kalau saya konsultasi dan menceritakan kejadian di atas kepada Om Gito pasti akan diketawain”

Memang selama ini, Om Gito tidak pernah memberi antibiotik kalau badan anak-anak tidak panas, biasanya hanya disuruh minum air hangat atau kumur-kumur dengan cairan pembersih mulut jika mengalami radang tenggorokan. Paling banter di kasih vitamin “murahan” Multi Vitaplex untuk menambah daya tahan tubuhnya.

Kenapa saya katakan vitamin murahan ? karena sulit ditemukan di apotik-apotik besar dan terkenal, harganya pun murah (sekitar 30 atau 35rb untuk 100 butir) dengan dosis yang tidak tinggi tapi cukup dan aman untuk tubuh kita.

Mungkin itulah perbedaan dokter di Abad 21 dengan dokter yang dihasilkan pada masa sebelumnya. Di abad 21 para dokter banyak dibantu oleh berbagai teknologi sehingga seolah-olah semua penyakit itu mengerikan, padahal penanganannya dapat dilakukan hanya dengan cara yang sederhana.

Jangan lupa Second Opinion is very important…!!!


PINDANG KERBAU KUDUS

$
0
0

Pindang Kerbau

Kalau suatu saat anda mampir ke kota Kudus, jangan lupa mencicipi segarnya kuliner khas kota ini yaitu Pindang Kerbau dan Soto Kerbau plus goreng otak, sate hati ampela, sate paru, sate kerang, sate telur, pindang telur, telur asin, tahu/tempe dll di Pusat Kuliner Kudus Taman Bojana.

Hampir semua restoran di sini menjual jenis makanan yang sama yaitu olahan daging kerbau.Tapi jangan khawatir, bagi anda yang tidak terbiasa dengan daging kerbau juga tersedia Pindang Ayam dan Soto Ayam sebagai alternatif.

Ada dua pilihan cara penyajian pindang/soto campur dengan nasi atau dipisah.

Uniknya lagi semua restoran “sepakat” tidak menggunakan pendingin udara alias AC, jadi  jika makan di sini jangan lupa siapkan sapu tangan dan tisu untuk mengeringkan keringat yang membanjir.

Bayangkan makan pindang/soto yang panas mengepul disertai dengan nasi panas dan sambalnya yang pedas di siang yang panas….. !!!

Wow……!!!

IMG_0854

IMG_0863

IMG_0862

IMG_0856

IMG_0857

Soto Kerbau

Aksesoris Soto Kerbau

Searah jarum jam : Sate Kerang, Goreng Otak, Sambal Kecap, Nasi beralas daun pisang dan kuah pindang

 


Viewing all 423 articles
Browse latest View live




Latest Images

Pangarap Quotes

Pangarap Quotes

Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.

Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.

HANGAD

HANGAD

MAKAKAALAM

MAKAKAALAM

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC